Sistem Keadilan & Tax Incidence

Keadilan Sistem Pajak - Pembagian Tarif

Perspektif Pajak
- Masyarakat sering menganggap tarif pajak sangat tinggi.
- Namun, pajak yang sebenarnya dibayarkan tidak setinggi yang dibayangkan karena adanya pengurang, insentif, dan kredit pajak.
Macam-Macam Tarif Pajak
- Marginal Tax Rate: Persentase tertinggi dari pajak penghasilan yang dibayar seseorang dalam sistem yang memberikan beban pajak sesuai pendapatan individu/perusahaan.
- Average (Effective) Tax Rate: Tarif pajak rata-rata yang dibayarkan individu/perusahaan.

Contoh Penerapan Pajak Penghasilan

Skenario: Faiz, karyawan belum menikah, berpenghasilan neto Rp52.000.000 per bulan (Rp624.000.000 per tahun), dengan PTKP Rp54.000.000 per tahun.
Penghasilan Kena Pajak (PKP): Rp624.000.000 - Rp54.000.000 = Rp570.000.000.
Perhitungan Pajak (menggunakan tarif PPh 2020):
- Sampai dengan Rp60.000.000 (5%): 60.000.000 \times 5\% = 3.000.000
- Di atas Rp60.000.000 s.d. Rp250.000.000 (15%): 190.000.000 \times 15\% = 28.500.000
- Di atas Rp250.000.000 s.d. Rp500.000.000 (25%): 250.000.000 \times 25\% = 62.500.000
- Di atas Rp500.000.000 s.d. Rp5.000.000.000 (30%): 70.000.000 \times 30\% = 49.000.000 (Sisa PKP: Rp570.000.000 - Rp500.000.000 = Rp70.000.000)
- Total Pajak: Rp3.000.000 + Rp28.500.000 + Rp62.500.000 + Rp49.000.000 = Rp143.000.000.
Keadilan Vertikal (Vertical Equity)
- Konsep: Redistribusi pendapatan menggunakan pajak progresif.
- Prinsip: Wajib pajak berpenghasilan tinggi membayar pajak lebih banyak, sedangkan wajib pajak berpenghasilan rendah membayar pajak lebih sedikit.
Keadilan Horizontal (Horizontal Equity)
- Konsep: Memperlakukan orang secara sama.
- Prinsip: Pajak harus adil, yaitu perlakuan yang sama untuk orang-orang dalam kelompok pendapatan yang sama akan membayar tingkat pajak yang sama.

Haig-Simon Comprehensive Income

Teori Haig-Simon
- Sumber kena pajak/objek pajak adalah kemampuan individu untuk membayar, yang diukur dari konsumsi tahunan potensial.
Sumber Income sebagai Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
- Gaji, upah, komisi, bunga, dan dividen (rutin/tidak rutin).
- Pembayaran asuransi dari pemberi kerja.
- Hadiah atau warisan yang diterima.
- Penerimaan barang atau jasa dari pihak lain.
- Kenaikan nilai riil aset (saham, tanah).
Kelebihan Teori HSCI
- Meningkatkan keadilan vertikal: Penghasilan lebih besar berarti pajak lebih besar.
- Meningkatkan keadilan horizontal: Semua pendapatan (baik yang dikenakan pajak maupun tidak) diperlakukan sama.
Kekurangan Teori HSCI
- Sulit menentukan kemampuan konsumsi akibat hal tidak terduga (misal: sakit).
- Sulit membedakan pengeluaran konsumtif vs produktif (misal: pembelian gaun oleh artis).
Contoh Penerapan HSCI
- Formula: HSCI = C + \Delta A (Konsumsi + Perubahan Aset).
- Skenario: Faiz memiliki portofolio saham yang nilainya naik Rp100.000 (dari Rp150.000 menjadi Rp250.000) dalam setahun. Ia juga mendapatkan komisi Rp40.000 sebagai sales man. Dari komisi tersebut, Rp15.000 digunakan untuk konsumsi dan Rp25.000 untuk membeli saham di perusahaan lain.
- Perhitungan: Faiz menghabiskan Rp15.000 untuk konsumsi. Peningkatan nilai asetnya adalah Rp100.000 (dari saham awal) + Rp25.000 (dari pembelian saham baru) = Rp125.000.
- Interpretasi HSCI: 15.000 (konsumsi) + 100.000 (peningkatan nilai saham awal) = 115.000. (Catatan: Peningkatan nilai saham yang belum direalisasikan sebagai keuntungan tetap dihitung dalam HSCI).

Marginal & Inframarginal Impact

Dalam Hal Ini
- Subsidi pajak menghargai preferensi orang dalam membelanjakan pendapatannya (kedaulatan konsumen).
- Pemerintah kadang lebih memilih belanja langsung (daripada subsidi pajak) karena dukungan data lengkap dan jangkauan luas, sehingga bisa mengalokasikan sumber daya lebih efektif dan efisien dibandingkan pihak swasta (kelengkapan informasi).
Kesimpulan
- Kebijakan pajak bisa berdampak pada perubahan perilaku warga (dampak marjinal), bisa juga tidak berdampak (dampak inframarginal).
Dampak Marginal
- Definisi: Perubahan perilaku yang terjadi akibat adanya insentif pajak. Semakin banyak orang yang menyumbang karena adanya subsidi.
- Contoh: Pemerintah memberikan pembebasan PPh final 0,5% untuk UMKM dengan syarat memiliki NPWP dan melapor DJP Online.
- Dampak: Banyak UMKM mendaftar NPWP dan melaporkan pajak melalui e-Filling untuk mendapatkan insentif.
Dampak Inframarginal
- Definisi: Perilaku yang tidak berubah meskipun ada atau tidak ada insentif pajak. Si dermawan tetap menyumbang tidak peduli ada tidaknya subsidi.
- Contoh: Miliuner Michael Bloomberg menyumbangkan miliaran dolar untuk beasiswa dan tunawisma.
- Implikasi: Meskipun ada atau tidak adanya insentif pajak, beliau akan tetap berdonasi karena motivasi internal.

Deduction Vs Tax Credit

Tax Deduction
- Definisi: Potongan pajak yang bisa mengurangi penghasilan kena pajak.
- Contoh: Pengurangan tarif, tax holiday, penambahan unsur biaya pengurang penghasilan (misalnya biaya 3M: deductible expenses).
Tax Credit
- Definisi: Kredit pajak mengurangi pajak terutang (misalnya PPh Ps. 23, PPh Ps. 25).
- Manfaat: Restitusi kredit pajak berguna bagi yang berpenghasilan rendah, bahkan jika nilai utang pajak kecil atau tidak ada penghasilan. Orang dengan kredit pajak kecil mungkin masih membayar pajak lainnya yang cukup besar.
Menurut Fiskal
- Deductible expense (pengurang net income):
  - Contoh: Sumbangan bencana nasional, fasilitas pendidikan, pembiayaan olahraga, infrastruktur sosial.
  - Dasar Hukum: PP Nomor 93 TAHUN 2010.
- Nondeductible expense (bukan pengurang):
  - Contoh: Biaya untuk penelitian dan pengembangan perusahaan tetapi di luar negeri.
  - Dasar Hukum: Pasal 9 UU No 36 Tahun 2008.

Efek Deduction dan Kredit Pajak

Komponen	Nilai (Rp)	Keterangan
Laba Sebelum Pengurang	10.000.000.000	Laba fiskal awal sebelum perlakuan pajak
Deduction: Donasi Beasiswa	(1.000.000.000)	Pengurang PKP sesuai kebijakan insentif pendidikan
Penghasilan Kena Pajak (PKP)	9.000.000.000	Setelah deduction
Tarif PPh Badan (2025)	22%	Sesuai UU PPh
PPh Terutang (Bruto)	1.980.000.000	Pajak sebelum memperhitungkan tax credit
Tax Credit: PPh 21 yang sudah dipotong	(1.200.000.000)	Misalnya dari bukti potong gaji karyawan
PPh Kurang/lebih bayar	780.000.000	Status akhir pajak terutang (harus disetor ke negara)

Catatan Kontekstual
- Jika "harga" atau biaya yang harus dikeluarkan untuk memberi diturunkan sebesar 1%, maka jumlah pemberian akan meningkat sebesar 1%.

Pertimbangan Efisiensi

Preferensi Kebijakan Bergantung Pada
- Sifat kurva permintaan barang yang disubsidi (untuk barang yang permintaannya elastis, pemberian kredit pajak lebih efisien).
- Seberapa penting untuk meraih target minimal.
Subsidi untuk Kebutuhan Dasar (Dengan Target Minimal)
- Indikator Capaian: Ada indikator capaian yang jelas, seperti jumlah rumah susun sederhana yang dibangun atau jumlah MBR yang menerima manfaat.
- Mekanisme: Pemerintah tidak memberikan uang langsung, tetapi mengurangi beban pajak saat membeli rumah.
- Efektivitas: Pemerintah dapat mengukur efektivitas subsidi dan melakukan koreksi jika target tidak tercapai.
- Contoh: Subsidi FLPP untuk rumah tapak dan rusun sederhana, dengan target 220.000 unit pada 2025.
Subsidi untuk Sumbangan (Tanpa Target Minimal)
- Indikator Keberhasilan: Tidak ada batasan atau indikator keberhasilan yang jelas.
- Efisiensi Fiskal: Cenderung tidak efisien secara fiskal karena pemerintah sulit mengukur dampak sosial yang diinginkan dari subsidi tersebut.
- Contoh: Potongan pajak untuk donasi tanpa batas atau audit.

Pertimbangan Keadilan

Perbandingan Kredit Pajak dan Pengurangan Pajak (Deduction)
- Pada pertimbangan keadilan, terutama keadilan vertikal, kredit pajak lebih adil daripada pengurangan (deduction).
- Kredit pajak bersifat progresif karena tersedia sama untuk semua pendapatan.
- Pengurangan (deduction) bersifat regresif karena nilai manfaatnya meningkat seiring dengan tarif pajak seseorang.
Kredit Pajak Bersifat Progresif
- Nilai kredit pajak (misal Rp1 juta) sama untuk semua orang, tetapi dampaknya lebih besar bagi wajib pajak berpenghasilan rendah.
- Contoh Orang A (penghasilan rendah): PPh terutang Rp2 juta, kredit Rp1 juta → PPh kurang bayar Rp1 juta (50% penghematan).
- Contoh Orang B (penghasilan tinggi): PPh terutang Rp50 juta, kredit Rp1 juta → PPh kurang bayar Rp49 juta (2% penghematan).
- Kesimpulan: Kredit memberikan manfaat lebih besar secara proporsional bagi yang kurang mampu.
Tax Deduction Bersifat Regresif
- Pengurangan pajak (misal Rp10 juta dari PKP) manfaatnya tergantung tarif pajak.
- Contoh Orang A (tarif 5%): Hemat pajak Rp10 \text{ juta} \times 5\% = Rp500 \text{ ribu}.
- Contoh Orang B (tarif 30%): Hemat pajak Rp10 \text{ juta} \times 30\% = Rp3 \text{ juta}.
- Kesimpulan: Orang kaya mendapatkan penghematan yang lebih besar, sehingga tidak adil secara vertikal.

Tax Incidence

Definisi Tax Incidence
- Analisis pelaku ekonomi mana yang sesungguhnya menanggung beban pajak.
- Pelaku ekonomi yang secara hukum wajib membayar pajak belum tentu menanggung pajaknya sendiri; mereka dapat memindahkan atau membagi beban pajaknya kepada pelaku ekonomi lain (distribusi pembebanan).
Beban Pajak Hukum/Statutori (Statutory Burden)
- Pihak yang secara hukum diwajibkan untuk membayar pajak kepada pemerintah.
- Contoh: Jika pemerintah mengenakan pajak penjualan pada penjual, secara hukum penjual memiliki beban statutori.
Beban Pajak Ekonomi (Economic Burden)
- Pihak yang sebenarnya menanggung biaya pajak melalui perubahan harga atau jumlah yang diterima.
- Seringkali, beban pajak ekonomi dapat bergeser dari pihak yang secara statutori diwajibkan membayar pajak kepada pihak lain di pasar.
- Contoh: Meskipun penjual diwajibkan membayar pajak penjualan, mereka mungkin menaikkan harga, sehingga sebagian beban pajak bergeser ke konsumen.
- Intinya: Siapa yang secara hukum membayar pajak tidak menggambarkan siapa yang sesungguhnya menanggung pajak tersebut.
Perhitungan Beban Pajak
- Beban pajak untuk Konsumen: (harga sesudah kena pajak – harga sebelum kena pajak) + per unit pajak konsumen.
- Beban pajak untuk Produsen: (harga sebelum kena pajak – harga sesudah kena pajak) + per unit pajak produsen.
Tax Wedge
- Perbedaan antara apa yang konsumen bayar dan apa yang produsen terima (pajak bersih) dari transaksi.
Contoh Perhitungan Tax Incidence
- Titik keseimbangan awal (A): Q1 = 100, P1 = $1.50.
- Pemerintah mengenakan pajak atas penjual sebesar $0.50.
- Keseimbangan baru (D): Q3 = 90, P3 = $1.80.
- Consumer tax burden: (1.80 - 1.50) + 0 = 0.30 (Konsumen tidak bersedia membayar pajak seluruhnya).
- Producer tax burden: (1.5 - 1.8) + 0.5 = 0.20.
- Tax wedge: 0.50.
Diagram Tax Incidence
- Pajak pada Produsen: Kurva penawaran bergeser ke atas (S1 ke S2). Keseimbangan bergeser dari A ke C. Konsumen membayar harga lebih tinggi (P3), produsen menerima harga lebih rendah (P2). Beban konsumen adalah P3-P1, beban produsen adalah P1-P2.
- Pajak pada Konsumen: Kurva permintaan bergeser ke bawah. Efeknya serupa dengan pajak pada produsen dalam hal pembagian beban.

Tax Incidence dan Elastisitas

Pihak dengan Penawaran atau Permintaan yang Inelastis Menanggung Pajak Lebih Banyak
- Pihak yang memiliki permintaan atau penawaran yang relatif inelastis (kurang responsif terhadap perubahan harga) akan menanggung sebagian besar beban pajak.
- Ini karena mereka memiliki lebih sedikit pilihan untuk menghindari pajak.
- Inelastisitas Permintaan: Jika permintaan suatu barang inelastis (konsumen akan terus membeli barang tersebut meskipun harganya naik), penjual dapat menaikkan harga untuk melewatkan sebagian besar pajak kepada konsumen.
- Inelastisitas Penawaran: Jika penawaran suatu barang inelastis (produsen tidak dapat dengan mudah mengurangi produksi meskipun harga yang mereka terima turun), produsen akan menanggung sebagian besar pajak.
Pihak dengan Penawaran atau Permintaan yang Elastis Menghindari Pajak Lebih Banyak
- Sebaliknya, pihak yang memiliki permintaan atau penawaran yang relatif elastis (lebih responsif terhadap perubahan harga) akan cenderung menghindari pajak.
- Mereka dapat dengan mudah beralih ke alternatif lain jika harga berubah karena pajak.
Aturan Umum
- Pihak dengan penawaran atau permintaan yang inelastis menanggung pajak.
- Pihak dengan penawaran atau permintaan yang elastis menghindarinya.
Ilustrasi Diagram
- Inelastisitas Permintaan: Kurva permintaan curam, sebagian besar beban pajak ditanggung konsumen.
- Inelastisitas Penawaran: Kurva penawaran curam, sebagian besar beban pajak ditanggung produsen.
- Elastisitas Penawaran: Kurva penawaran landai, sebagian besar beban pajak ditanggung konsumen.

Tax Incidence dalam Labor Market

Keterangan
- Konsumen: Perusahaan (pembeli tenaga kerja).
- Produsen: Tenaga Kerja (penjual tenaga kerja).
- Ketika upah naik akibat pajak, titik keseimbangan bergeser.
Pajak pada Pekerja (Tax on Workers)
- Kurva penawaran tenaga kerja bergeser ke atas (S1 ke S2).
- Upah yang diterima pekerja turun, upah yang dibayar perusahaan naik.
- Beban pajak dibagi antara pekerja dan perusahaan.
Pajak pada Perusahaan (Tax on Firms)
- Kurva permintaan tenaga kerja bergeser ke bawah (D1 ke D2).
- Upah yang diterima pekerja turun, upah yang dibayar perusahaan naik.
- Beban pajak dibagi antara pekerja dan perusahaan.
Hambatan: Gaji Minimum
- Tax incidence mengasumsikan harga (upah) dapat disesuaikan secara bebas.
- Namun, upah tidak bisa di bawah gaji minimum.
- Gaji minimum bertindak sebagai batasan penyesuaian harga (upah), yang dapat mengubah distribusi beban pajak.

Tax Incidence dalam Pasar Monopoli dan Oligopoli

Pasar Monopoli
- Karakteristik: Hanya ada satu pemasok barang yang sifatnya tidak substitutif (umumnya menjadi penentu harga).
- Harga tidak sama dengan Marginal Revenue (MR) dan lebih tinggi dari Marginal Cost (MC).
- Monopolis harus menurunkan harga agar menjual lebih banyak, sehingga pendapatan marginal akan turun lebih cepat dari harga. Profit maksimum saat MR = MC.
- Monopolis tidak dapat mengeksploitasi kekuatan pasar untuk menghindari tax incidence sepenuhnya.
- Pajak ditanggung bersama oleh konsumen dan perusahaan.
Pasar Oligopoli
- Karakteristik: Mempunyai kekuatan untuk menentukan harga tetapi tidak sekuat monopoli. Produsen lebih sedikit dan konsumen lebih banyak.
- Seperti monopoli, konsumen dan produsen oligopoli akan menanggung beban pajak jika ada tax incidence.
Ilustrasi Tax Incidence dalam Pasar Monopoli
- Diagram menunjukkan pergeseran kurva biaya marginal (MC) ke atas akibat pajak.
- Titik keseimbangan bergeser, menyebabkan harga naik bagi konsumen (P3) dan kuantitas turun (Q2).
- Beban pajak dibagi antara konsumen dan produsen.

Tax Incidence pada Keseimbangan Umum

Definisi
- Analisis yang menyadari dampak dari hubungan pajak yang dikenakan pada satu pasar terhadap pasar lain.
- Pajak di satu pasar dapat mempengaruhi harga di pasar lainnya (saling berkaitan).
Contoh: Restoran
- Skenario: Pajak dikenakan pada restoran.
- Permintaan Makanan: Diasumsikan elastis sempurna. Walaupun kuantitas (Q) berubah karena pajak, harga tetap karena permintaan elastis.
- Beban Pajak: Karena permintaan elastis, yang menanggung pajak adalah restoran.
- Dampak pada Pasar Lain: Restoran terdiri dari labor (tenaga kerja) dan capital (modal), sehingga pasar-pasar ini juga ikut terdampak.
Dampak pada Pasar Tenaga Kerja (Labor Market)
- Penawaran Tenaga Kerja: Diasumsikan elastis sempurna.
- Akibat Pajak: Kebutuhan terhadap pekerja turun.
- Upah: Upah sebelum dan sesudah pajak tetap karena suplai tenaga kerja sangat elastis (tidak terpengaruh).
Dampak pada Pasar Modal (Capital Market)
- Penawaran Modal: Diasumsikan inelastis sempurna (jangka pendek).
- Contoh Modal: Tanah, gedung, peralatan, dan mesin.
- Akibat Pajak: Kebutuhan terhadap modal turun karena restoran (investor) menganggap modal saat ini tidak "bernilai".
- Return on Rate (ROR) Modal: Menurun secara signifikan karena penawaran inelastis.